Sabtu, 01 Juni 2013

Setiap orang bisa bermain sepakbola dengan tips ini


Tidak mengerti mengapa sepak bola adalah olahraga yang populer? Jika Anda ingin memahami apa yang membuat game ini begitu mengagumkan? Apakah Anda tahu bagaimana dimainkan? Artikel ini dirancang untuk mengajarkan Anda untuk menemukan jawaban yang Anda cari.
Rekan Anda whill memiliki beberapa detik sebelum sama kepadanya.
Jangan pernah pergi ke kali ketika Anda practicing.Take bola Anda dengan Anda di mana pun Anda pergi, mencoba beberapa latihan. Anda hanya dapat berlatih memegang bola ketika Anda harus memiliki dari tempat ke tempat dengan berjalan kaki.
Ingat bahwa sepak bola pada dasarnya adalah sebuah tim. Satu harus selalu menyadari catatan ini. Anda mungkin perlu bahkan bisa bermain dengan seluruh tim sake.You jika Anda menyisihkan kekhawatiran egois dan berkorban demi rekan tim juga.
Bermain untuk meningkatkan stamina dalam sepak bola, coba pelatihan selama off-season tentang lari jarak jauh. Pemain sepak bola biasanya menjalankan rata-rata delapan mil selama pertandingan.
Jika Anda berada di tengah lapangan, Anda mencoba untuk mengawasi kedua ujungnya. Bersiaplah, melewati bola oleh pemain di satu ujung dan umpannya di sisi yang berlawanan di sebelah kanan. Anda perlu tahu di mana pembela dan terbuka pemain sepanjang masa.
Belajar bahwa Anda menggunakan semua permukaan kaki Anda saat Anda belajar untuk bermain sepak bola. Hal ini memungkinkan Anda untuk mengontrol bola terlepas dari di mana Anda berdiri di depan tekanan defensif.
Sementara tujuan individu yang penting ketika bermain sepak bola, Anda harus ingat bahwa tujuan tim juga penting. Tujuan dari tim harus berada di garis depan, sebagai tujuan tim set adalah kuncinya.
Adalah bijaksana untuk tidak percaya diri di lapangan. Barangkali menjadi pemain yang baik, tapi tidak terduga terjadi. Jika Anda suka tidak ada yang lain mungkin bisa menyentuh tindakan, ada kemungkinan bahwa suatu peristiwa tak terduga akan mengeluarkan Anda dari permainan Anda.
Lakukan 3 mil per hari, sehingga Anda dapat menjaga jantung Anda. Anda harus berada dalam bentuk cardio besar karena sepakbola membutuhkan banyak sepak bola. Berjalan sekitar 3 km berjumlah sehari memberikan Anda lebih banyak daya tahan dan stamina. Cobalah untuk menjaga stasiun yang berbeda untuk rutinitas Anda tua dan basi.
Anda harus berada dalam koordinasi yang sempurna dengan rekan tim Anda untuk melewati pertahanan rock-solid. Bersiaplah untuk rekan satu tim yang mencoba melakukan hal yang sama yang akan didukung.
Cobalah untuk belajar cara menembak dengan kaki lemah Anda. Banyak orang hanya berfokus pada penggunaan kaki terkuat mereka, tetapi hal ini dapat berisiko. Anda akan menjadi pemain yang jauh lebih baik ketika menembak dengan baik mampu masing-masing kaki.
Cobalah bergerak seluruh tubuh Anda sebanyak yang Anda bisa. Gunakan senjata Anda untuk mengalihkan perhatian oposisi, ketika para pembela HAM mencoba untuk ditutup dari lulus atau menembak.
Sekarang bahwa Anda membaca bagian ini, Anda harus lebih memahami sepakbola. Anda hanya perlu penelitian lebih lanjut mengapa game ini begitu populer dan dicintai oleh banyak orang. Simpan barang-barang di tempat yang aman, dan merujuk kembali ke sana kapan saja Anda membutuhkannya.

Pemain Muda Indonesia Cetak Gol di Liga Belanda



Jakarta - FC Utrecht memang hanya bermain imbang 1-1 dengan PSV Eindhoven, namun Stefano Lilipaly layak berbahagia. Bukan lantaran timnya sukses menahan imbang salah satu raksasa Eredivisie itu, tapi lantaran gol debutnya yang ia cetak dalam laga tersebut.

Pada laga yang berlangsung Minggu (23/1/2012), Lilipaly sukses menaklukkan kiper PSV, Andreas Isaksson, di menit ke-67, yang mana membawa Utrecth unggul 1-0. Gol tersebut berpeluang menjadi satu-satunya gol dalam pertandingan, andai Ola Toivonen tidak menyamakan kedudukan di menit ke-71.

Lilipaly, yang memiliki ayah asal Indonesia, mengaku senang dengan golnya setelah dalam percobaan sebelumnya gagal.

"Ini momen yang sangat menyenangkan. Saya sempat mencoba menendang bola, tetapi gagal di kesempatan pertama. Lalu saya mendapat peluang lagi melalui (Edouard) Duplan. Saya melepaskan tendangan ke sudut jauh dan gol!” ujar pemain berusia 22 tahun tersebut kepada situs resmi klub.

"Saya sudah 10 tahun di tim junior. Ini waktunya bagi saya untuk membuktikan diri dan saya mampu melakukannya," lanjut Lilipaly yang juga dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam pertandingan itu.

"Lilipaly telah berkembang dengan baik, dia tumbuh dan melesat tim junior. Dia sudah membuktikan kemampuannya kepada kami di pertandingan ini," ucap pelatih Utrecht, Jan Wouters.

Lilypaly sempat dipanggil untuk ikut seleksi tim nasional U-23 yang dipersiapkan untuk pra-Olimpiade dan pelatnas SEA Games tahun lalu. Namun, ia akhirnya gagal masuk ke dalam skuad.

Kehendak Guratan Sejarah Roman Abramovich


thumbnailGetty Images
Chelsea di bawah kepemilikan Roman Abramovich adalah sebuah anomali. Sebuah kisah akan segala sesuatu yang serba berlebihan. Kesadaran akan sebuah agenda yang segera tetapi keuntungannya mungkin baru akan terasakan puluhan tahun kedepan.

Dari awal, cerita keterlibatan Abramovich dengan Chelsea saja sudah seperti dongeng. Cerita resmi yang beredar adalah bahwa ketika ia tertarik untuk membeli klub bola di Inggris, ia meminta sebuah bank investasi UBS Warburg untuk membuat daftar klub potensial layak beli dan bisa berkembang menjadi kerajaan bisnis.

Teratas di daftar tercatat nama Manchester United, tapi konon terlalu mahal dan potensi resistensi oleh penggemarnya membuat klub ini menjadi tak menarik dari banyak segi.

Singkat cerita, pilihan akhirnya jatuh ke Tottenham Hotspur atau Chelsea. Dari dua klub London ini pilihan jatuh ke Chelsea karena pemilik klub lebih gampang didekati dan bersedia berunding. Berbeda dengan Tottenham, Chelsea di bawah kepemilikan Ken Bates kala itu memang sedang dirundung utang yang tidak sedikit dan sedang mencari pembeli.

Namun, cerita lain (tidak resmi) yang beredar tidaklah sedingin kalkulasi bisnis itu. Konon Abramovich sebenarnya tak menjadikan daftar yang dibuat UBS Warburg sebagai satu-satunya pegangan. Atau bahkan daftar dari UBS Warburg itu belum ada sama sekali ketika ia berpikir untuk membeli sebuah klub sepakbola. Ia suatu saat hendak pergi melihat-lihat sebuah klub di Inggris Utara, tidak disebut klub yang mana, karena tertarik untuk membelinya.

Ketika helikopter yang membawanya dari London mengudara lewat di atas Stamford Bridge, dan dijelaskan bahwa itu stadion Chelsea, ia membatalkan penerbangan dan hatinya tiba-tiba tertetapkan untuk membeli klub London Barat itu. Entah ia jatuh cinta, atau otak bisnisnya melihat sesuatu, atau dua-duanya pada saat bersamaan.



Mana cerita yang benar tidaklah terlalu penting. Yang jelas, pada tanggal 2 Juli 2003 Roman Abramovich resmi menjadi pemilik tunggal Chelsea. Dan torehan sejarah baru Chelsea pun dimulai.

Tak lebih sebulan setelah pembelian itu, Abramovich yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal publik Inggris, membuat langkah yang menggetarkan bukan hanya publik sepakbola Inggris tetapi juga Eropa. Ia mengizinkan pembelanjaan pemain hingga lebih 100 juta poundsterling sekali jalan, terbesar dalam sejarah persepakbolaan Eropa. Belum pernah ada klub "segila" Chelsea dalam hal pembelanjaan pemain. Itu hanyalah awal. Pembelanjaan itu menandai sebuah zaman baru dalam hal kepemilikan dan pengelolaan klub di Eropa.

Sebelum Abramovich dengan Chelseanya, sebenarnya sudah ada orang kaya yang bertindak serupa. Bernard Tapie dengan Olympic Marseille, Silvio Berlusconi dengan AC Milan atau keluarga Agnelli dengan Juventus. Gaya yang tak jauh berbeda dilakukan oleh Real Madrid tetapi dengan dukungan pemerintah Madrid (atau Spanyol), maupun Barcelona dengan dukungan anggota klub (rakyat Catalunya).

Namun, skala pembelanjaan mereka tak seberapa dibanding Abramovich. Dan mereka yang sebelum-sebelum Abramovich masih mempertimbangkan persoalan bisnis, menghitung pemasukan dan pembelanjaan, tidak semata persoalan meraih prestasi di lapangan. Abramovich seperti tak mempedulikan hal itu.

Semenjak membelanjakan 100 juta poundsterling pertamanya, entah sudah berapa ratus juta lainnya ia belanjakan untuk Chelsea, dari pembelian pemain, personel organisasi untuk menjalankan klub hingga memperbaiki fasilitas klub.

Kesukaannya untuk menyewa manajer/pelatih yang dianggap jagoan dan kemudian memecatnya bila dianggap tak sesuai dengan kemauannya juga legendaris. Ia (seperti) tak peduli dengan jutaan poundsterling uang kompensasi yang harus dikeluarkan untuk membajak mereka atau memberi pesangon ketika memecat. Selama 10 tahun Chelsea di bawah Abramovich, 10 pula jumlah manajer yang telah ia sewa.
Berbagai kritik datang dari berbagai penjuru terhadap gaya pengelolaan Abramovich ini. Chelsea adalah contoh pengelolaan klub yang salah, begitu inti kritik itu. Dari persoalan besar pasak pengeluaran daripada tiang pemasukan, lebih senang membeli pemain jadi daripada membina pemain muda, meraih kesuksesan instan (seketika) ketimbang sabar tapi berkelanjutan, hingga kekhawatiran akan kehidupan Chelsea sebagai sebuah klub kalau Abramovich tiba-tiba bosan dan menjualnya.

Saya bukan pendukung Chelsea ataupun Abramovich, tetapi termasuk di antara sedikit yang mencoba melihatnya dari perspektif yang berbeda. Bagi saya titik awalnya adalah kekayaan yang seperti tak terukur dari Abramovich ini.

Untuk perbandingan, sebagai perusahaan, Manchester United dan Arsenal adalah yang paling sehat di Inggris ini. Mereka menjadi teladan pengelolaan klub yang baik dan benar. Tetapi kesehatan Manchester United membawa sial bagi dirinya sendiri ketika keluarga Glazer berutang ke sebuah konsorsium, membeli klub dan membebankan utang mereka ke klub. Arsenal klub yang tak kalah sehatnya dengan Manchester United, sangat patuh dengan neraca pemasukan dan pengeluaran, namun sudah delapan tahun puasa gelar.

Chelsea di lain pihak jelas tidak sehat dibanding Man United ataupun Arsenal. Akan tetapi, dengan gelontoran uang Abramovich mereka bisa memenangkan 11 piala dalam masa sepuluh tahun terakhir. Tidak satupun piala yang luput dari tangan mereka: Liga Champions, Liga Primer, Piala FA, Piala Liga hingga Liga Europa.

Bagi saya, selama Abramovich mau, maka yang rugi adalah ia, bukan Chelsea sebagai klub. Apa salahnya sekali-sekali sepakbola memanfaatkan uang dari mereka yang meraup keuntungan dari bisnis lain. Apa salahnya sepakbola sesekali mendapat penghidupan dari tempat lain dan tak harus memberi penghidupan kepada yang lain.

Itu dengan asumsi Abramovich memang abai dengan persoalan bisnis ketika menyangkut Chelsea. Sebuah asumsi yang saya kira sama sekali tidak benar kalau melihat catatan hidup Abramovich sebagai "pengusaha sukses" -- sekaligus menepis kekhawatiran ia akan bosan mengelola Chelsea.

Satu hal saja yang membuat saya berkeyakinan seperti ini. Saya menyaksikan sendiri pembengkakan jumlahfan base (penggemar) Chelsea yang luar biasa sejak Abramovich menjadi pemiliknya, semenjak piala-piala silih berganti hilir mudik mengisi almari piala mereka.

Saya masih ingat zaman ketika untuk mendapatkan tiket pertandingan Chelsea bukanlah hal yang terlalu sulit dan belum terlalu mahal. Kini kemudahan itu telah hilang sepenuhnya. Permintaan tiket kini jauh melampui ketersediaan, yang berarti telah terjadi pembengkakan peminat.



Seperti di klub-klub besar Inggris, kini semakin banyak wajah asing/wisatawan datang untuk menonton di Stamford Bridge. Sekarang di setiap pertandingan, jamak terlihat rombongan wisatawan/penonton berbahasa Rusia dalam jumlah besar dengan diarak oleh tour guide ikut menonton. Saya yakin, berbagai piala itu telah membengkakkan fan base bukan hanya di Inggris dan negeri asal Abramovich, Rusia, tetapi juga seluruh dunia termasuk Indonesia.

Bisa dibayangkan kalau Chelsea terus menerus mendulang piala demi piala setiap tahunnya. Akan seberapa besar fan base Chelsea dalam lima sepuluh tahun mendatang. Abramovich pasti mencatat apa yang terjadi dengan Man United dan Liverpool, dua klub tersukses di Inggris.

Kesuksesan memang melahirkan sejarah. Sejarah melahirkan penggemar. Bahkan untuk bertahun-tahun kemudian. Betapa besar fan base Man United dan Liverpool ada di seluruh dunia karena alasan sejarah dan prestasi yang mereka raih. Peran penggemar itu dalam memberi pemasukan kepada klub sungguh tak terhingga, baik langsung lewat pembelian tiket pertandingan dan cindera mata klub, atau tidak langsung sebagai pasar kekuatan untuk merundingkan sponsor maupun hak tayang pertandingan. Man United dan Liverpool sudah dua langkah lebih diuntungkan dibandingkan klub manapun di Inggris karena besarnya fan base mereka.

Apa yang dilakukan Abramovich saat ini adalah menulis sejarah. Sebuah kisah yang keuntungannya baru akan bisa dipetik nanti entah kapan. Ia ingin sejarah kegemilangan Chelsea mapan secepat mungkin. Ia ingin sesegera mungkin mengejar posisi Man United dan Liverpool. Ia sadar cepat atau lambat akan banyak orang kaya seperti dirinya akan melakukan hal yang sama. [Coba lihat apa yang terjadi dengan Manchester City di Inggris ataupun Paris Saint Germain di tingkat Eropa]. Ia tak punya banyak waktu.

Karenanya, menggelontorkan uang seperti tanpa batas, menyewa dan memecat manajer seperti sekehendak hati (dan mungkin menjilat ludah sendiri seandainya benar Jose Mourinho kembali), mengganti personel dan struktur organisasi klub seperti tanpa dipikir harus dimaknai sebagai upaya agar penulisan sejarah itu bisa secepatnya dicapai.

Abramovich memang kemudian terkesan berlebihan dalam setiap upayanya. Tak apa. Ia cukup uang untuk membiayainya. Ia tak akan jatuh miskin hanya karena Chelsea. Dan juga, konon, setiap yang berlebihan pada akhirnya akan mengarahkan kepada sikap yang bijaksana. "The road of excess leads to the palace of wisdom", kata salah satu penyair terkenal Inggris dari Jaman Romantik, William Blake. Entah yang bijaksana itu akan seperti apa nantinya untuk Abramovich.

Sejarah masih belum selesai ditulis. Semoga kita cukup ada umur untuk terus menyaksikan kelanjutannya.

Setelah 'Football Comes Hoam'


thumbnailGetty Images
Sedikitnya ada dua yang dibawa para pemain Bayern Munich dari London akhir pekan kemarin: trofi Liga Champions dan rumput Wembley. Apalagi setelah sepakbola pulang ke Bavaria?

Sudah banyak cerita yang tercipta dari kemenangan Bayern atas Borussia Dortmund di final Liga Champions hari Sabtu (25/5) lalu. Cerita terbesarnya adalah, Bayern menang 2-1, juara untuk kelima kalinya -- bersama Liverpool terbanyak nomor tiga setelah Real Madrid (9) dan AC Milan (7).

Pesta kemenangan pun digelar di mana-mana, dari lapangan, hotel tim, sampai jalan-jalan di pelosok kota Munich dan provinsi Bavaria. Dari Inggris, negara yang menjadi rival Jerman di kancah sepakbola, mereka pulang gelar juara.

Di lapangan pertandingan, para pemain Bayern telah "merusak" properti Wembley. Sebagai kenang-kenangan, hampir semua pemain mengguntingi jaring gawang stadion kebesaran Inggris itu.

Kaus spesial yang dipakai Philipp Lahm dkk saat menerima piala bertuliskan"Football Comes Hoam". Hoam adalah dialek orang Bavaria untuk menyebut kata "heim" dalam bahasa Jerman, atau home dalam bahasa Inggris.



Ada beberapa penafsiran dari slogan tersebut. Pertama, sudah tiga kali dalam empat tahun Bayern mauk final Liga Champions, tapi baru kali ini mereka berhasil memenanginya. Kedua,tahun lalu mereka tampil di final di kandang sendiri, Allianz Arena, tapi kalah.

Ketiga, tim yang mengalahkan mereka di kandang sendiri itu adalah Chelsea, klub dari kota London. Maka, kemenangan di Wembley, yang ada di London, seakan-akan merupakan keberhasil "merebut" sebuah piala yang tahun lalu dibawa orang-orang Inggris berbaju biru (Chelsea).

Football Comes Home sendiri pernah dipakai Inggris ketika menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996 -- yang dimenangi oleh Jerman. Jika mau dihubung-hubungkan demikian, barangkali Bayern juga ingin sedikit "menyentil" negara rivalnya itu, bahwa sepakbola itu milik mereka -- bukan Inggris.

Bayern mungkin seperti yang dianggap sebagian kalangan: sering terdengar sombong. Adalah mreka sendiri yang menciptakan julukan FC Hollywood -- Hollywood adalah simbol kemewahan di Amerika bahkan dunia. Mereka juga menunjuk dada busungnya dengan kalimat ini di kaus perayaannya setelah memenangi Bundesliga musim ini: "Mia San Mia: san Meister". Artinya? Kami adalah kami: juara.

Kenapa harus dibilang sombong? Mereka adalah pemilik rekor juara di Liga Jerman sebanyak 23 kali. Bahkan yang terdekat dengan mereka pun baru 9 kali juara (FC Nuremberg) -- Dortmund baru 8 kali.

Bayern juga klub termewah dari sehatnya industri sepakbola di Jerman. Mereka tak pernah mencetak rekor transfer tertinggi di dunia -- dan hampir dipastikan tidak pernah berniat melakukan hal semacam itu. Bayern adalah klub elite di Eropa yang neraca keuangannya selalu positif. Seperti sebagian besar klub-klub di Jerman, mereka menjalankan roda bisnisnya dengan penuh perhitungan, tidak "lebih besar pasak daripada tiang".

Anda tahu berapa jumlah suporter Bayern yang menonton setiap pertandingan kandang timnya di liga musim ini? Total 1,2 juta orang, atau rata-rata 71 ribu orang di Allianz Arena -- yang kapasitasnya juga sekitar itu. Mereka hanya kalah dari Borussia Dortmund (80.520 per game), yang dari tahun ke tahun memang selalu memenangi "lomba fanatisme di stadion".

Bandingkan dengan di Italia, misalnya. Inter dan AC Milan adalah klub dengan jumlah penonton rata-rata terbanyak di Serie musim ini, tapi angkanya sangat jauh dari Bayern -- Inter "hanya" 44.897 per game, Milan cuma 41.245 per pertandingan.

Dari aspek bisnis yang lain, penghasilkan Bayern dari penjualan merchandise pun luar biasa. Dalam semusim ini Die Roten menghasilkan 57 juta euro dari pos itu -- atau tertinggi dibanding tim-tim lain, sekitar 33% dari total penjualan merchandise klub-klub Bundesliga.

Kebesaran Bayern yang lain adalah mereka respresentasi sepakbola Jerman. Dari dulu mereka pemasok besar timnas Jerman. Figur-figur legenda Nationalmannschaft seperti Franz Beckenbauer, Gerd Mueller, Uli Hoeness, Paul Breitner, Sepp Meier, Karl-Heinz Rummenigge, Lothar Matthaeus, Stefan Effenberg, sampai Oliver Kahn, mengawali atau mencapai puncak permainannya di klub ini.

Saat ini era itu diwakili Lahm, Bastian Schweinsteiger, dan Thomas Mueller. Ketiga pemain inilah yang menjadi pilar-pilar kegemilangan Bayern di musim ini, dengan mendominasi kompetisi domestik dan menjuarai Liga Champions -- dan mereka akan produk akademi Bayern.



Masih ada satu gelar yang bisa dimenangi Bayern di akhir pekan ini, yaitu Piala Jerman. Kans treble winnerssungguh besar. Namun, sekalipun kali ini apes alias gagal mengalahkan Stuttgart, hal itu tidak akan mengurangi nilai Bayern di musim ini. Jupp Heynckes telah membuat tim ini begitu memukau, tak cuma gara-gara memukul Barcelona dua kali berturut-turut dengan skor 4-0 dan 3-0.

Total, dari 55 pertandingan kompetitif yang telah dilakoni Bayern dari 12 Agustus 2012 sampai 25 Mei lalu, mereka hanya kalah tiga kali – dengan prosentase kemenangan 85% (menang 47 kali). Selepas pergantian tahun, tren hasil pertandingan mereka terilustrasi seperti ini:

"WWWWWWWWW LWWWWWWWWWWWDWWW"

Pertanyaan besarnya kemudian adalah, apa yang akan terjadi pada Bayern di musim depan terutama setelah tongkat pelatih diestafetkan dari Heynckes kepada Josep Guardiola. Di tangan orang Spanyol itu, seperti apakah Bayern yang sudah sangat tangguh di musim ini?

Saya pribadi tidak percaya Bayern tiba-tiba akan bergaya tiki-taka, karena belum tentu juga Guardiola berencana menyulap tim barunya itu seperti Barcelona. Yang lebih pasti adalah Pep akan memodifikasi penguasaan bola (ball possession) yang di musim ini sudah dilakukan dengan baik oleh Bayern.

Imbas pergantian pelatih sesungguhnya tak cuma soal taktik bermain, tapi juga perubahan posisi pemain, bahkan pendekatan antarindividunya. Pemain sekelas Zlatan Ibrahimovic saja bisa "dendam" pada Guardiola. Artinya, akan selalu ada berbagai kemungkinan dari sebuah perubahan.

Tapi itu semua perlu waktu, nanti setelah liburan musim panas usai dan tim mulai bersiap-siap lagi menghadapi musim baru. Apapun perubahan itu, fans Bayern tentu tidak berharap adanya "perubahan" dalam tiga hal ini. Mereka tentu tetap ingin timnya sehat secara finansial, menghibur di lapangan, baik dari permainan maupun pemain-pemainnya, serta merengkuh piala-piala.

Membentuk Pemain yang Tangguh

thumbnail

Kepercayaan diri di dalam karakter pemain sepakbola merupakan elemen penting untuk meraih kemenangan. Optimalnya penampilan selain memiliki teknik yang handal perlu juga di tunjang faktor kepercayaan diri.

Apa penyebab mental menurun?

* Tim yang terus menerus mengalami kekalahan.
* Gagalnya seorang pemain berperan dalam tim.
* Faktor Cedera.
* Pelatih yang memberikan tekanan di luar kemampuan pemain.
* Faktor eksternal (keluarga).

Faktor-faktor tersebut sangatlah mempengaruhi kondisi psikis pemain untuk dapat tampil optimal di dalam tim. 

Oleh sebab itu, peranan pelatih (coach) sangat vital dalam menentukan penampilan tim dan maksimalnya seorang pemain. Sebaliknya, ucapan-ucapan yang kurang pantas akan menjadi bumerang terhadap kondisi pemain .

Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri pemain:

* Masalah sepakbola yang belum mereka kenal betul.
* Perubahan Posisi yang sering di lakukan pelatih (coach).
* Perubahan taktik.
* Pergantian pelatih.
* Koreksi "kesalahan-kesalahan dalam latihan yang tidak mendapatkan perbaikan".
* Cedera .
* Fokus "masalah pribadi, gaya hidup, media, keluarga".


Membangun Program dari Latihan

Pelatih (coach) yang jeli dapat melihat dengan cermat faktor-faktor tersebut dalam penampilan pemain.

Pemain yang mengalami penurunan penampilan bisa dilihat jelas dalam sesi-sesi latihan yang disusun oleh pelatih. Contoh: ketika pelatih menyusun program shooting to the goal: dari 10 kesempatan tendangan, berapa yang tepat sasaran atau melenceng?

Membangun kepercayaan diri yang tinggi pada pemain harus dilakukan pelatih dengan cara sebagai berikut:

* Membangun dari latihan dengan memberikan pujian untuk pemain.
* Kesan positif dari gerak tubuh pelatih, memberikan apresiasi dengan berteriak: "excellent!"
* Dapat memberikan petunjuk kelemahan dan kekuatan pemain saat berlatih .
* Menikmati latihan dengan memberikan sesi latihan yang menggembirakan pemain.
* Menikmati "kekalahan" untuk dapat bangkit dan memberikan kemenangan yang diharapkan. 

Peranan Keluarga dan Orang-Orang Terdekat

Sebagai pemain adalah manusia biasa yang mempunyai persoalan-persoalan pribadi. Pelatih harus tanggap dan dapat melihat dari gerak tubuh pemain, sehingga perananya harus juga bisa melakukan perubahan pada para pemainnya.

Selain faktor pelatih, pemain juga harus mampu mengontrol dir isendiri dan belajar dari kesalahan dan kelemahannya.

Untuk meningkatkan kualitasnya, setiap pemain harus memiliki tujuan dalam meniti kemampuan dan kariernya:

* Pemain harus memiliki target yang tajam dalam perjalanan kariernya di sepakbola.
* Pemain harus terus mengoreksi diri untuk mengoptimalkan penampilannya.
* Pemain wajib membangun mental juara/pemenang di dalam diri masing-masing melalui jenjang bertahap .
* Berkomunikasi antarpemain dan lingkungan sepakbolanya.
* Senantiasa mempersiapkan diri.